Thursday, March 26, 2015

#latepost....Jendel Informasi bulan Februari 2015


#latepost...Jendela Informasi bulan Agustus 2014


MUDAH DAN CEPAT MENGHASILKAN KEUNTUNGAN DENGAN BUDIDAYA IKAN NILA

Potensi perikanan yang ada di Kabupaten Ciamis didominasi oleh potensi budidaya air tawar. Terdapat banyak Pokdakan yang menjalankan usaha dibidang perikanan budidaya yang memanfaatkan potensi tersebut diantaranya adalah kelompok Sauyunan di Desa Sindang Herang yang membudidayakan ikan Nila h.
Bapak H. Kundang merupakan ketua dari Pokdakan Sauyunan memulai usaha budidaya ikan Nila pada tahun 2005. Saat ini Bapak H. Kundang dapat membentuk Pokdakan dengan jumlah anggota sebanyak 23 orang. Setiap anggota masing-masing mempunyai satu kolam ikan untuk pembesaran ikan Nila, rata-rata ukuran kolam sekitar 14 x 14 m2. Untuk pembenihan pokdakan ini mempunyai lokasi satu lokasi khusus yang dapat dijadikan pula tempat peremuan kelompok.
Pokdakan Sauyunan mendapatkan dana bantuan PUMP PB pada tahun 2013 yang dipergunakan untuk mengembangkan usaha pembesaran ikan Nila. Benih yang ditebar untuk pembesaran sekitar 300 ekor perkilo dengan padat tebar 8 ekor per meter. Apabila benih yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan usaha pembesaran, maka Pokdakan ini membeli benih ke Balai Benih terdekat dengan haraga 300 ekor perkilo Rp. 25.000,-.


  Pembesaran ikan nila tidaklah begitu lama dalam waktu tiga bulan ikan Nila dapat dipanen. Dan dalam pemberian pakan Pokdakan ini lebih banyak menggunakan pakan organik seperti dedak, Sayuran dan limbah rumah tangga yang masih layak digunakan. Untuk pemberian pelet perhari dibutuhkan rat-rata 3 kilo  pelet perhari. Ikan Nila dipilih Pokdakan ini karena proses budidaya cukup mudah dan karakteristik ikan tersebut termasuk tahan terhadap kondisi lingkungan.


Dalam memasarakan ikan Nila Pokdakan ini tidak mengalami kesulitan karena permintaan akan ikan Nila sangatlah tinggi bahkan masih banyak permintaan yang tidak dapat dipenuhi. Penghasilan yang didapatkan peranggota cukup memuaskan sekitar Rp. 800.000,- perbulan perkolam. Harga jual ikan Nila perkilo sekitar Rp. 15.000,- untuk dijual ke pengepul dan harga jual langsung ke pembeli seharga Rp. 20.000,-.
Tantangan dalam pengembangan usaha budiaya ikan pokdakan Sauyunan adalah memenuhi pemrintaan pasara ikan Gurame, dimana proses  budidayanya  masih dirasa sulit dan waktu panen yang cukup lama, sehingga dibutuhkan pengetahuan lebih mengenai cara Budidaya ikan Gurame yang efektif.
                Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis masih banyak potensi perikanan baik Air Tawar, Tambak dan Laut yang perlu dikem bangkan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat di Jawa Barat khususnya daerah Kab. Ciamis. Diperlukan banyak sosialisasi usaha Perikanan Budidaya untuk dapat menumbuhkan minat masyarakat dalam memulai usaha bidang pembudidayaan Ikan. (Syati Saptaria)


UDANG GALAH PRIMADONA BISNIS DI KABUPATEN CIAMIS

Potensi perikanan yang ada di Kabupaten Ciamis didominasi oleh potensi budidaya air tawar. Terdapat banyak Pokdakan yang menjalankan usaha dibidang perikanan budidaya yang memanfaatkan potensi tersebut dan salah satunya adalah Pokdakan Kurnia Jaya yang membudidayakan Udang Galah.
Saat ini permintaan udang galah baik dalam negeri maupun dari luar negeri semakin meningkat. Udang galah adalah salah satu komoditas air tawar yang cukup bagus masa depannya karena selain harga jualnya lebih tinggi dibanding ikan air tawar lainnya juga dapat dipasarkan untuk kebutuhan dalam dan luar negeri, hal ini ditandai dengan permintaan ekspor ke berbagai negara seperti Jepang dan beberapa negara di Eropa. dengan kata lain udang galah mempunyai nilai ekonomis tinggi dan berpotensi memperoleh keuntungan jika dikembangkan.
Pokdakan Kurnia Jaya adalah salah satu Pokdakan di Daerah Kabupaten Ciamis yang membudidayakan Udang Galah. Pokdakan ini memulai usaha pada tahun 1985 yang dimulai oleh Bapak H. Djafar Sadi dan pada tahun 2013 dan Pokdakan ini diketuai oleh Bapak Totong. Pada awalnya Bapak Djafar memulai usaha dengan modal 5 kolam dengan luas kolam yang bervariasi pada setiap kolam rata-rata  ditebar benih 100.000 ekor benih / tokolan per kolam.
Pokdakan Kurnia Jaya memiliki 40 anggota yang lokasinya menyebar dalam satu kecamatan. Setiap benih yang diterbar rata-rata memiliki SR sekitar 65 – 80 % yang ditebar pada kondisi kedalaman air 80 cm, kecerahan 30 cm, sirkulasi air yang baik. Tebar tokolan sekitar 1.000 tokolan atau sekitar 3 ons tokolan untuk setiap kolam.





Waktu budidaya dilakukan sekitar empat bulan dan membutuhkan pakan pelet sekitar 50 kilo perkolam. Selain pemberian  pakan yang harus dilakukan intensif pembudidayaan udang  galah harus selalu memperhatikan kondisi lingkungan untuk menjaga pertumbuhan udang galah dan juga hal yang harus diperhatikan dalam membudidayakan udang galah adalah kejernihan air dan kesuburan tanah yang baik.
Keuntungan yang diperoleh Pokdakan ini mencapai ratusan juta rupiah perbulannya. Rata-rata peranggota memiliki satu kolam dengan luasan kolam sekitar 1.000 m 2. Pada setiap kolam dapat menghasilkan sekitar 500 kg udang galah yang dijual perkilonya sekitar Rp. 75.000,-, sehingga penghasilan yag diperoleh oleh Pokdakan ini sekitar Rp.37.500.000,- untuk setiap kolam. Keuntungan dapat terlihat ketika jumlah penghasilan per kolam dikalikan jumlah kolam yang dimiliki oleh seluruh anggota Pokdakan.
Pemasaran udang  galah dilokasi tersebut tidak banyak menghadapi kendala karena permintaan akan udang galah cukup tinggi terutama ke sektor restoran. Selain pemasaran ke Restoran masih banyak permintaan dari masyarakat yang belum terpenuhi. Untuk memenuhi permintaan pasar tersebut Pokdakan ini mengalami beberapa kendala diantaranya adalah faktor distribusi udang galah yang aman dan tepat waktu juga jadwal panen yang belum terkendali.
Kendala lainnya yang dirasakan adalah masih kurangnya pengetahuan anggota Pokdakan ini dalam menerapkan metode budiaya yang lebih intensif sehingga diperlukan penyuluhan teknis yang melibatkan instansi terkait. Selain itu modal usaha dan kaderisasi pembudidaya ikan pada generasi muda  dan sistem pencatatan juga menjadikan kendala dalam memperluas usaha budidaya udang galah tersebut.
            Terlepas dari kendala yang dirasakan Pokdakan Kurnia Jaya telah membuktikan kesuksesan dalam membudidayakan udang galah dengan menerima dana Kredit KKPE dari Bank sebesar Rp. 25.000.000,- pada tahun 2009 dan untuk kedepan Pokdakan ini akan mengajukan kembali kredit Usaha yang akan dimanfaatkan untuk memperluas usaha yang telah dijalani. Dengan tambahan dana modal yang diperoleh dari Bank akan membuka peluang  pokdakan kurnia jaya dalam memperoleh keuntungan lebih banyak lagi.
            Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis masih banyak potensi perikanan baik Air Tawar, Tambak dan Laut yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat di Jawa Barat khususnya daerah Kab. Ciamis. Diperlukan banyak sosialisasi usaha Perikanan Budidaya untuk dapat menumbuhkan minat masyarakat dalam memulai usaha bidang pembudidayaan Ikan. (Syati Saptaria)


Kondisi Usaha Budidaya Air Tawar

Kondisi usaha budidaya air tawar maupun air payau serta pengolahan produk hasil perikanan pada umumnya dilakukan oleh usaha kecil dengan masalah utamanya adalah permodalan, peralatan, manajemen dan akses teknologi serta pemasaran.
                Usaha budidaya ikan air tawar semakin hari semakin menggiurkan. Meski saat ini konsumsi ikan lebih banyak dipasok oleh ikan laut, namun pada tahun 2018 produksi ikan air tawar akan menyalip produksi perikanan tangkap.



                Mengapa demikian, karena produksi perikanan tangkap akan mengalami penurunan akibat overfishing. Ikan di laut semakin sulit didapatkan. Bahkan bila tidak ada perubahan model produksi, para peneliti meramalkan pada tahun 2048 tak ada lagi ikan untuk ditangkap.
                Oleh karena itu diperlukan peningkatan produksi budidaya ikan air tawar sebagai subtitusi ikan laut. Sehingga kita bisa memberikan ruang kepada biota laut untuk berkembang biak. Dengan demikian semakin besar peluang yang dapat didapat oleh masyarakat uyntuk memulai usaha dibidang perikanan budidaya.


                Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar merupakan pasar potensial untuk produk perikanan. Apalagi fakta saat ini menunjukkan konsumsi ikan perkapita Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan konsumsi penduduk negara berkembang lainnya.
                Dengan tumbuhnya perekonomian Indonesia, kesadaran masyarakat akan konsumsi ikan semakin tinggi. Ditambah lagi dengan adanya program Gemar Makan Ikan yang dikampanyekan KKP, angka konsumsi akan terus bergerak naik.
                Kenaikan produksi budidaya ikan dalam kolam air tawar cukup pesat. Hal ini menujukkan ada gairah besar di masyarakat untuk mengembangkan usaha budidaya ikan air tawar. Tentunya pertumbuhan produksi ini mengacu pada permintaan pasar yang terus meningkat.
                Lebih dari 70 persen produksi ikan air tawar diserap oleh pasar dalam negeri. Pulau Jawa menjadi penyerap terbesar mengingat jumlah penduduknya yang padat. Apabila dilihat dari potensinya, kebutuhan untuk pulau Jawa saja masih akan terus berkembang. Mengingat konsumsi per kapita ikan di Jawa masih di bawah konsumsi per kapita di luar Jawa.

                Produksi budidaya ikan air tawar dalam kolam didominasi oleh ikan mas, lele, patin, nila dan gurame. Lima jenis ikan tersebut menyumbang lebih dari 80 persen dari total produksi. Jenis komoditas tersebut dapat dijadikan acuan dalam memilih komoditas yang akan ditekuni dalam memulai usaha bidang perikanan buddidaya. (Syati Saptaria)

Bapak Hendri Meninggalkan Penangkapan Ikan untuk Menjadi Pembudidaya Ikan Kerapu Sukses

Usaha menangkap ikan dilaut merupakan usaha yang telah dilakukan oleh masyarakat pesisir Indonesia sejak zaman dahulu. Tidak dapat dipungkiri kekayaan alam yang bersumber dari laut cukup banyak dimiliki oleh Indonesia karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki jumlah pulau yang cukup banyak dibandingkan dengan negara lainnya didunia dimana jumlah pulau di Indonesia yang terdaftar dan berkoordinat sekarang berjumlah 13.466 pulau.
                Namun pada saat ini penangkapan ikan perlu dikurangi untuk menghindari overfishing yang dapat mengakibatkan jumlah ikan di laut menjadi berkurang. Salah satu solusinya adalah dengan melakukan usaha perikanan budiaya yang dapat meningkatkan produksi ikan tanpa memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan.
                Bapak Hendri seorang pembudidaya ikan kerapu dari Pulau Pongok, Desa Celagen, Kecamatan Pongok, Kab. Bangka Selatan telah menjalankan usaha penangkapan ikan lebih dari dua puluh tahun yang lalu dan pada tahun 2010 Bapak Hendri memutuskan untuk meningggalkan usaha penangkapan ikan dengan menggantinya menjadi usaha Pembudidayaan ikan. Jarak tempuh Pulau Pongok Desa Celagen dari Tempat Pelelangan Ikan Sadai sekitar 3 – 4 jam perjalanan, walaupun lokasi cukup jauh dari Sadai lokasi ini memiliki potensi yang cukup besar untuk usaha budidaya ikan.




                Berdasarkan keterangan dari Bapak Hendri penangkapan ikan masih banyak dilakukan oleh nelayan diderah pulau Pongok, dan hal tersebut menjadi bahan pemikiran Bapak Hendri untuk mengalihkan usahanya menjadi budidaya ikan. Hal tersebut dipacu dengan prediksi kedepan bahwa  penangkapan ikan akan mengalami penurunan produksi seiring dengan banyaknya nelayan baru yang menjalankan usaha penangkapan ikan.
                Selain penangkapan ikan terdapat usaha lainnya yang dilakukan oleh Ibu rumah tangga pada daerah tersebut yaitu usaha pengasinan ikan, Bapak Hendri merupakan satu-satunya warga yang menjalankan usaha budidaya ikan dengan dbantu oleh anggota keluarganya tanpa melakukan usaha berkelompok.
                Pada tahun 2010 Bapak Hendri memulai usaha budidaya ikan kerapu yang saat ini telah mengelola keramba Jaring apung sebanyak 80 unit dengan masing-masing unit berukuran sebesar 3 x 3 meter. Awal usaha budidaya ikan kerapu yang dijalankan Bapak Hendri tidak terlepas dari dukungan Dinas Bangka, karena pada awal usaha tersebut Bapak Hendri mendapatkan modal awal dari Dinas berupa KJA dan bibit ikan kerapu.
                Pada Setiap KJA Bapak Hendri menebar benih sebanyak 500 ekor benih ikan kerapu. Adapun jenis Ikan kerapu yang dibudidayakan oleh Bapak Hendri adalah kerapu macan dan kerapu sunu. Benih Ikan kerapu yang digunakan Bapak Hendri didapatkan dari daerah Belitung dengan ukuran 10 cm dan harga perekor benih sebesar Rp. 1.200. Adapun kebutuhan benih sebanyak  3.000 – 5.000 ekor perbulan.
                Pada proses pemeliharaan ikan kerapu pakan yang digunakan adalah pelet dan ikan rucah. Ikan rucah digunakan untuk mengurangi biaya produksi yang cukup banyak pada komponen pakan. Di Pulau Pongok tersebut jumlah ikan rucah cukup banyak dikarenakan masyarakat sekitar sebagian besar masih melakukan usaha penangkapan ikan.
                Pembudayaan ikan kerapu dilakukan selama  8 bulan, setiap kali panen Bapak Hendri dapat memanen ikan kerapu sebanyak 500 kg per KJA. Hasil tersebut sangatlah banyak dan dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah yang cukup banyak pula. Harga ikan kerapu perkilo yang dijual bapak Hendrik sebesar Rp. 100.000,- untuk kerapu macan dan Rp. 190.000,- untuk kerapu Sunu.
                Keuntungan yang diperoleh dapat mencapai ratusan juta setelah dipotong biaya produksi. Untuk perhitungan keuntungan usaha tersebut masih menjadi kelemahan dari usaha yang dijalankan Bapak Hendri, karena Bapak Hendri belum menerapkan pembukuan usaha yang diakuinya bahwa dia kekurangan tenaga untuk menangani pembukuan tersebut.
                Indikator kesuksesan Bapak Hendri dapat terlihat dari banyaknya aset rumah yang dimiliki setelah menjalankan usaha Budidaya ikan kerapu, selain itu Bapak Hendri dapat menghidupi seluruh anggota keluarganya dengan sangat layak.
                Kesuksesan usaha yang dilakukan Bapak Hendri harus terus dipertahankan, tentunya dengan berbagai pelatihan dan penyuluhan dari instansi terkait yang saat ini sangat di butuhkan Bapak Hendri, Penyuluhan yang diperlukan adalah mengenai penanganan penyakit ikan, manajemen keuangan dan perlunya penyuluhan untuk membentuk kelompok pembudiaya ikan supaya usaha Bapak Hendri dapat berkembang dan akan menularkan kepada masyarakat llainnya untuk memulai usaha budidaya ikan. (Syati Saptaria)

                

Pokdakan Mina Usaha Jaya Meraih Keuntungan Usaha dalam memanfaatkan potensi perikanan budidaya di Kabupaten BAngka Selatan

Potensi perikanan yang ada di Kabupaten Bangka Selatan terdiri dari budidaya air laut, budidaya air tawar dan budidaya air payau. Dimana pada Kecamatan Toboali mempunyai luas lahan untuk budidaya air tawar yang paling besar dibandingkan dengan kecamatan lainnya yaitu sebesar 500 ha.  Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Letak Kabupaten Bangka Selatan yang berada di bagian Selatan Pulau Bangka dan berbatasan langsung dengan perairan laut (sebelah selatan, timur dan barat) serta tidak jauh dari jalur pelayaran internasional, memiliki posisi yang sangat strategis dalam pengembangan ekonomi kawasan barat Indonesia pada masa mendatang. 
Rincian mengenai luas areal budidaya eksisting di masing masing kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Luas Areal (m2) Menurut Kecamatan Di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012
Kecamatan
Luas Lahan Yang Terpakai
Budidaya Air Laut
Budidaya               Air Tawar
Budidaya           Air Payau
Toboali
-
71.669
80.000
Airgegas
-
36.302
-
Payung
-
18.474
-
Simpang Rimba
-
20.322
-
Lepar Pongok
20.000
-
-
Tukak Sadai
35.000
45.850
-
Pulau Besar
-
25.500
30.000
Total
55.000
218.117
110.000
Sumber:  Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan, 2012

Kegiatan usaha perikanan budidaya didaerah Bangka selatan salah satunya yang cukup berkontribusi terhadap peningkatan produksi ikan adalah budidaya ikan air tawar. Didaerah tersebut terdapat salah satu Pokdakan yang cukup berhasil dalam merintis usahanya dibidang usaha perikanan budidaya.  Nama Pokdakan tersebut adalah Pokdakan Mina Sari Jaya yang diketuai oleh Bapak Isrul yang telah memulai usahanya pada tahun 2005 dengan komoditas ikan Bawal, Nila, Patin dan Lele. Pokdakan ini pada tahun 2012 mendapatkan dana bantuan PUMP-PB sebesar 65 Juta rupiah yang dimanfaatkan untuk mengembangkn usahanya supaya lebih berkembang, terutama dalam menambah jumlah anggota pokdakan tersebut.




Pada saat ini Pokdakan Mina Sari Jaya yang beranggotakan 14 orang mengelola 70 kolam yang memiliki ukuran kolam yang cukup bervariasi. Hasil panen yang diraih Pokdakan ini mencapai 40 ton per tahun dan untuk pemasarannya dilakukan setiap hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa Pokdakan Mina Sari Jaya memiliki manajemen yang baik dalam mengelola panen ikan. Setiap hari Mina Sari Jaya memanen ikan lele sebanyak 100 Kg yang dipasarkan kepada warung pecel lele didaerah bangka selatan dan juga kepasar ikan terdekat. Untuk ikan Bawal panen yang dihasilkan perhari mencapai 100 Kg yang dijual ke pengepul dan pasar begitupun dengan ikan patin dipanen sebanyak 100 kg per hari dan pemasarnnya disalurkan pula ke pemasok dan pasar.

Pokdakan ini yang diketuai oleh Bapak Isrul terus mengupayakan Perbaikan produksi ikan yang dihasilkan oleh kelompoknya dengan cara menerapkan teknik budidaya ikan yang baik. Hal tersebut dipacu oleh keberadaan anggota kelompok yang memiliki kompetensi dibidang perikanan yang menjadikan usaha yang dijalankan semakin baik dari waktu ke waktu. (Syati Saptaria)

Peluang Bisnis Perikanan Budidaya Meningkatkan Perekonomian Indonesia

            Perikanan Budidaya merupakan salah satu bisnis yang dapat menghasilkan keuntungan yang besar dan bermanfaat bagi masyarakat. Hal tersebut dapat terealisasi dengan cukupnya pengetahuan pengusaha untuk melihat peluang bisnis perikanan budidaya tersebut. Selain melihat kondisi pasar perikanan budidaya diperlukan pula trend bisnis perikanan budidaya tersebut, sehingga dapat kita simpulkan bahwa bisnis tersebut akan menjadi andalan pada masa yang akan datang.
            Trend bisnis dapat dilihat dari permintaan secara global yang dapat dilihat dari angka peningkatan produksi perikanan budidaya pada setiap tahunnya. Dengan melihat trend tersebut dapat menjadi acuan dasar untuk memulai bisnis dibidang perikanan budidaya. Selain peningkatan produksi dapat dilihat pula gaya hidup masayarakat dalam mengkonsumsi ikan pada setiap tahunnya.




            Dapat kita ketahui pada saat ini konsumsi ikan masyarakat terus meningkat pada setiap tahunnya dan juga hal tersebut dipicu dengan adanya Gerakan Makan Ikan yang digalakkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selain itu dapat dilihat pula perkembangan restaurant yang menyajikan menu dengan bahan dasar ikan cukup banyak berkembang pada saat ini.
            Hal tersebut didukung oleh adanya peningkatan Produksi Perikanan Budidaya pada tahun 2013 yang melampaui target sebesar 102,24 persen atau sebesar 13,3 ton dari target yang ditetapkan sebesar 13,02 ton berdasarkan keterangan dari Men KP Bapak Sharif C  Sutardjo.


            Perikanan Budidaya telah banyak berperan untuk meningkatkan produksi perikanan Budidaya setiap tahunnya dengan berbagai program pengembangan usaha perikanan budidaya. Dampak program yang diterapkan kepada masyarakat masyarakat telah banyak mengalami peningkatan diantaranya adalah adanya peningkatan jumlah tenaga kerja yang pada saat ini per Agustus 2014 telah mencapai 41.636 orang.
            Tenga kerja akan lebih banyak terserap dengan bertambahnya investasi usaha berupa kredit usaha yang salah satunya didapatkan dari Perbankan. Perikanan Budidaya menyarankan bantuan Kredit Usaha Perbankan kepada pembudidaya ikan untuk digunakan sebagai bahan untuk pengembangan usahanya. Data yang diterima Ditjen Perikanan Budidaya per Agustus ini dana KKP E telah dikucurkan sebesar Rp. 2.188.000.000,- dan dana KUR sebesar Rp. 8.215.520.
            Dengan demikian bisnis dibidang perikanan budidaya terlihat semakin meningkat dan menjanjikan untuk dikembangkan kedepan. Selain itu hal tersebut  dapat dijadikan peluang untuk segera memulai untuk berinvestasi dan terjun dalam bisnis bidang perikanan budidaya. (Syati S)

            

MENINGKATKAN KELAS IKAN LELE DENGAN METODE ORGANIK



           Saat ini ikan lele merupakan ikan yang menjadi santapan promadona bagi seluruh kalangan, tak heran permintaan akan ikan lele terus meningkat setiap harinya. Dengan permintaan ikan lele yang terus meningkat tersebut memberikan peluang yang sangat besar bagi Makat yang merupakakan Ketua Kelompok Gemah Ripah di Desa Kedukbembem, Kec. Mantup.
        Dalam memanfaatkan peluang tersebut pak Makat memberikan penawaran produk yang cukup menarik yaitu dengan membudidayakan ikan lele dengan cara budidaya organik, sehingga ikan yang dihasilkan lebih sehat, tidak mengandung bahan kimia dan rasanyapun akan lebih gurih. Dengan metode yang diaplikasikan pada usaha budidaya ikannya meningkatkan jumlah permintaan ikan lele bahkan benyak permintaan dari masyarakat yang tidak terpenuhi. Konsumen bahkan rela membeli ikan lele yang masih muda dan berukuran kecil.
            Kelebihan lainnya dari kelompok ini adalah seluruh anggota kelompok telah mengikuti pelatihan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB). Dari pelatihan tersebut peserta diajari cara budidaya lele organik dengan menggunakan kolam terpal. Dengan menggunakan cara organik dapat menghasilkan kualitas ikan lele yang lebih baik karena pakan yang diberikan tidak sembarangan dan tidak menyedot biaya pakan yang lebih banyak. Secara harga mungkin lebih mahal, tapi casilnya lebih higienis dan praktis, ikan lele yang diberi pakan dari bahan organik juga akan lebih menyehatkan.
            Kolam terpal yang digunakan kelompok ini berukuran 2 x 4 m dengan kedalaman air sekitar 30 – 40 cm. Perbedaan dengan cara non organik, kolam terpal yang telah diisi air terlebih dahulu harus diberikan 7 kilogram pupuk kompos dari kotoran sapi yang sudah difermentasi dan ditambahkan probiotik didalamnya. Lalu selama 12 hari kolam terpal didiamkan untuk menumbuhkan jentik dan plankton yang kelak menjadi makanan lele tambahan. Setelah terlihat jentik maka benih ikan lele yang ditebar adalah sebanyak 2.000 ekor dengan harga perekor benih Rp. 175,- dan benih berukuran 6 cm.
         Lele siap dipanen 50 – 60 hari setelah benih ditebar, lele diusia tersebut sangat pas untuk dijual kepada restaurantvatau pengusaha katering. Sebab jika ukuran terlalu besar peminat akan berkurang dan keuntungannyapun akan berkurang pula. Setiap kali panen kelompok ini menghasilkan 1,5 kuintal ikan lele.
             Dari satu kolam yang berisi 2.000 ekor benih, setiap pembudidaya bisa menghasilkan laba bersih antara Rp. 750.00 – Rp. 900.000 pada saat panen. Adapun harga saat ini adalah Rp. 13.000 per kilo yang berisi 8 – 9 ekor ikan lele. Dengan melakukan usaha budidaya ikan lele secara tidak langsung telah mengangkat perekonomian keluarga para  anggota Pokdakan Gemah Ripah. (Syati Saptaria)

Budidaya Mutiara memaksimalkan pemanfaatan potensi kelautan Indonesia

Mutiara merupakan salah satu bahan perhiasan yang sangat digemari dan mempunyai permintaan pasar yang besar. Selain itu mutiara memiliki nilai jual yang cukup tinggi sehingga dapat membuka peluang untuk menghasilkan profit dalam membudidayakan mutiara. Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat cocok untuk membudidayakan kerang  mutiara, mengingat negara Indonesia merupakan negara martim yang memiliki lahan lautan yang cukup luas.
                Salah satu Provinsi yang sangat potensial untuk membudidayakan kerang mutiara adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat yang saat ini telah memproduksi cukup banyak mutiara bahkan untuk penjualannya sudah sampai ke mancanegara. Peternakan mutiara NTB - Lombok terletak di pantai bagian barat laut pulau tersebut, di sebelah barat kota Sekotong Timur, Sekotong Tengah, dan Lembar. Peternakan mutiara di Lombok terletak di dalam rantai sepuluh pulau-pulau (Gili) di sepanjang sisi utara semenanjung Sekotong, antara Sekotong Timur dan Bangko Bangko di ujung barat. Selain mutiara Laut Selatan, Lombok juga dikenal dengan budidaya mutiara air tawar. Mereka hampir sama cantik dan populernya dengan mutiara alam atau mutiara air asin


                Mutiara Indonesia yang terkenal disebut Mutiara Laut Selatan selain dihasilkan di Nusa Tenggara Barat juga dihasilkan dari wilayah perairan sekitar Bali, Sulawesi (Celebes), Kepulauan Maluku (Nloluccas), dan Provinsi Papua. Di Nusa Tenggara Barat memiiki potensi areal untuk budidaya kerang mutiara sebesar 25.000 Ha dan pemanfaatannya masih sangat kurang hanya mencapai 6.67 % berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan tahun 2014. Hal tersebut menunjukan masih terbuka lebar peluang untuk membudidayakan kerang mutara di Nusa Tenggara Barat.
                Dalam memanfaatkan lahan tersebut diperlukan pengetahuan yang cukup untuk mengelola usaha budidaya kerang mutiara. Pengetahuan tersebut dapat didapatkan dari sumber yang dapat dipercaya seperti asosiasi pengusaha kerang mutiara, dinas terkait juga dari buku dan literatur yang relevan. Secara garis besar keberhasilan budidaya kerang mutiara harus memperhatikan beberapa faktor utama yang terdiri dari faktor lingkungan yang diantaranya adalah memilih lokasi haruslah diperairan laut tenang dan memiliki arus tenang dan juga dasar perairan yang berkarang , Faktor resiko yang menyebabkan kerugian yang biasanya terjadi akibat pencemaran dan pencurian, Fasilitas produksi dan peralatan yang dipergunakan dalam membudidayakan kerang mutiara dan Faktor bahan baku budidaya kerang  mutiara.

                Dengan mengetahui potensi dan faktor-faktor dalam membudidayakan kerang mutiara dapat menjadikan modal awal untuk memulai bisnis budiaya kerang air tawar sebagai jalan untuk pemanfaatan sumberdaya laut yang belum tersentuh dan tentunya sangat menggiurkan dalam menghasilkan profit yang besar. (Syati Saptaria)