Selalu mencari peluang yang lebih
menguntungkan merupakan salah satu cara pengusaha sukses untuk memaksimalkan
keuntungan yang ingin didapatkan. Dalam memaksimalkan keuntungan tersebut
diperlukan analisa yang akurat untuk menentukan tingkat permintaan dan tingkat
supply yang berada dipasar. Salah satu cara untuk memaksimalkan keuntungan
adalah dengan beralih usaha dari usaha yang dirasakan kurang menghasilkan
keuntungan kedalam usaha yang dapat memberikan prospek keuntungan yang lebih
besar.
Bapak
Tajudin merupakan salah satu contoh pengusaha yang berani mengambil keputusan
untuk beralih usaha dari petani karet menjadi pembudidaya ikan. Bapak tajudin
tinggal di Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan. Dahulu beliau terkenal
sebagai pengusasha karet tetapi namun kini ia dikenal sebagai pembudidaya ikan
yang produksi ikan patin-nya mencapai hampir 3 ton.
Awal
kesuksesan Tajudin bermula dari niatnya mengembangkan usaha lain diluar bertani
karet. Asetnya yang berupa lahan yang cukup luas kemudian ia jadikan kolam
ikan. Tahun 1990 ia memulai usaha pembenihan ikan dan budidaya ikan nila dan
ikan patin. Usahanya itu tidak langsung berkembang, bahkan tahun 2001 kolam-kolamnya
terbengkalai karena terkendala minimnya modal.
Tetapi
untunglah Tajudin bergabung dalam kader binaan Pemuda Pelopor (program
pemberdayaan pemuda) yang dilaksanakan tim CSR PT Adaro Indonesia. Tajudin
mendapat pembinaan dari Nawari, yaitu salah seorang pemuda pelopor didikan
Adaro yang berhasil mengembangkan ekonomi di desanya. Sebagai pemuda pelopor,
Nawari memberikan pembinaan dalam hal ketrampilan teknis maupun mengembangkan
jiwa kewirausahaan para kadernya.
Dari
pembinaan ini, Tajudin membentuk kelompok usaha perikanannya yang diberi nama
“Makmur Jaya” . Kelompok usaha ini beranggotakan dua orang kader lainnya. Di
sini, Tajudin mendapat pembinaan keterampilan budidaya ikan dan bagaimana
berwirausaha.
Di
daerah Kambitin, banyak pengumpul ikan yang siap membeli ikan budidaya, namun
sayang tidak banyak kolam masyarakat yang dapat menghasilkan ikan dalam jumlah
besar.
Melihat
prospek pemasaran itu, Tajudin mengelola kolam ikannya dengan lebih serius.
Lembaga Keuangan Mikro Banua Bauntung yang dibentuk tim CSR Adaro pun
mengucurkan dana sebesar Rp 20 juta untuk modal usaha kelompok Makmur Jaya.
Hasilnya,
kelompok usaha perikanan Makmur Jaya bisa memiliki yaitu 5 buah kolam
pembenihan, 13 kolam pembesaran ikan dan memiliki lahan-lahan disekitarnya yang
rencananya akan digunakan untuk penambahan kolam lagi.
Desember
2009, merupakan panen ikan patin yang pertama. Saat itu usaha perikanan ini
mampu menghasilkan ikan patin 2,7 ton dengan harga jual Rp. 12.500/kg.
Sedangkan untuk ikan nila, dari 5000 bibit yang ditebar, mampu menghasilkan
200kg ikan nila per bulan dengan harga jual Rp 15-13.000-14.000. Ikan-ikan ini
siap dipasok para pengumpul saat panen tiba dan dijual di sekitar wilayah
Tabalong.
Usaha
perikanan yang dikelola Tajudin dan rekannya terus berkembang dan kini telah
memiliki 22 kolam ikan. Selain digunakan untuk budidaya dan pembesaran ikan,
kolam tersebut digunakan juga sebagai kolam pemancingan yang disewakan apabila
ada lomba pancing. Tajudin dan rekannya terus mengembangkan usahanya dan akan
merambah ke budidaya ikan lele dumbo. Tawaran untuk memasok ikan lele ke negeri
jiran juga telah menghampiri mereka.
Prospek
usaha dan keuletan anggota kelompok “Makmur Jaya” dalam mengelola usaha
perikanan ini mendapat perhatian dari Adaro. Tim CSR Adaro berniat membantu
mewujudkan usaha ini sebagai program percontohan dan tempat wisata pemancingan.
Lembaga
Keuangan Mikro (LKM) yang dibentuk tim CSR Adaro akan membantu mengembangkan
usaha perikanan dengan memberikan pinjaman modal Rp 100juta. Bantuan dana ini
akan digunakan untuk memperbaiki bangunan kolam dan jalan di lingkungan sekitar
kolam. Selain itu juga membangun beberapa gazebo untuk tempat para pengunjung
yang ingin menikmati suasana kolam dengan lebih nyaman. (Syati Saptaria)
No comments:
Post a Comment