Kebutuhan pangan
merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga sangat penting untuk diperhatikan
keberlanjutan produksinya. Bukan hanya produksi yang diprioritaskan dalam
pemenuhan kebutuhan pangan tersebut, kualitas dan kandungan gizi jangan
diabaikan pula karena akan berdampak terhadap kesehatan masyarakat luas. Kesehatan
merupakan dampak terhadap konsumsi pangan yang memiliki kandungan gizi yang
tinggi tepat, sehingga diperlukan pemenuhan pangan tersebut. Pangan pokok yang
banyak dibutuhkan adalah beras, dimana sebagian besar masyarakat didunia
umumnya mengkonsumsi beras yang menjadi bahan makanan pokok sehari-hari.
Di Indonesia
beras merupakan bahan makanan utama yang dikonsumsi sehari hari sehingga permintaan
terhadap beras tersebut cukup tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan beras tersebut
cukup banyak menghadapi kendala terutama ketersediaan lahan yang kian berkurang
dikarenakan efek industrialisasi yang tumbuh cukup pesat di Indonesia.
Salah satu
solusi untuk mengadapi masalah tersebut selain diversifikasi pangan adalah
dengan menerapkan sistem Minapadi dalam memproduksi beras. Kenapa Minapadi,
karena system ini bukan hanya dapat memproduksi beras akan tetapi dapat
menghasilkan ikan sebagai makanan pendamping. Dengan demikian pemenuhan pakan
yang penuh akan gizi dan dapat meningkatkan kesehatan masyaakat dapat tercapai
karena beras yang dihasilkan merupakan beras organkc yang tidak memerlukan bahan-bahan
kimia untuk perawatan dan juga ikan merupakan makanan yang kaya akan gizi.
Minapadi merupakan berkembang dengan pesat pada periode
1950-1960 dengan tujuan untuk
meningkatkan produksi ikan, mina padi dipraktikkan di lebih dari 90 negara di
dunia dan Indonesia merupakan salah satu Negara yang cocok untuk mengaplikasikan
system ini karena memiliki iklim tropis basah yang sangat cocok untuk
minapadi.
Perlu kita ketahui diIndonesia jumlah
petani “Gurem” dengan penguasaan lahan < 0,5 ha sejumlah 14,6 juta KK
(55,95%) dari 26,1 juta KK pertanian sehingga sulit meningkatkan pendapatan dengan hanya budidaya padi, keuntungan
rata-rata usahatani padi per ha Rp 5
- 9 juta per musim (4 bulan), dengan lahan 0,5 ha hanya 1,25 – 2,25 juta
per bulan dengan hal
tersebut mina padi mampu mengatasi hal tersebut,
selain itu minapadi dapat mengurangi
serangan OPT dengan memutus siklus hama padi selain itu keuntungan dari
produksi ikan dengan harga yang kompetitif dan pemasaran yang mudah akan
memudahkan petani untuk mendapatkan keuntungan.
Miao Weimin perwakilan dari FAO Regional
Office for Asia and the Pacific Bangkok, Thailand pada Pertemuan FAO Inception Workshop Rice Fish Farming mengungkapkan
bahwa sistem ini berhasil dikembangkan dichina dengan meningkatkan produksi
beras mencapai 950 Kg/Ha pada tahun 2013, system ini diterapkan mulai dari
tahun 1990 di China. Adapun kelebihan mengaplikasikan system ini sangat banyak
yaitu dari segi pemanfaatan
sumberdaya yang lebih efisien-meningkatkan produksi lahan sawah, hubungan menguntungkan (simbiosis) antara
ikan dan padi, manfaat dari
sisi ekologi dan lingkungan, Manfaat sosial ekonomi dan budidaya ikan/hewan perairan sejalan dengan budidaya padi (periode produksi kurang lebih sama).
Tantangan yang dihadapi untuk
mensukseskan penerapan minapadi ini adalah menanggulangi kelemahan yang
dimiliki system ini yang diantaranya adalah periode produksi yang relatif singkat,membutuhkan Pengelolaan terkait air dan penggunaan
bahan kimia/pestisida dan herbisida dan kompleksitas pengelolaan lainnya. Dengan mengetahui kelemahan yang
dimiliki dapat menjadikan acuan untuk membuat kunci sukses menjalankan system
ini yang diantaranya dapat ditanggulangi dengan persiapan yang baik untuk lahan sawah berdasarkan
kebutuhan hewan yang akan dibudidayakan dan memfasilitasi pengelolaan budidaya
dan panen, pilih spesies
dengan hati-hati dan kualitas pasokan benih (ukuran,kesehatan), penggunaan
pestisida secara hati-hati, pemupukan yang sesuai untuk padi, lebih baik gunakan organik daripada
kimiawi, lebih banyak pupuk dasar dan sedikit pupuk tambahan, pakan alami untuk
ikan, pemberian pakan
pelengkap yang rasional dan pemberian pakan dengan baik (posisi tetap,waktunya
rutin,tingkat pakan sesuai (lebih sedikit ketimbang budidaya ikan biasa),
pengelolaan air yang baik
mengakommodir persyaratan budidaya padi dan ikan dan hewan perairan (terutama
sistem yang berlaku), produksi pangan alami dan perpanjang periode budidaya ikan dengan
menyesuaikan waktu penebaran dan panen.
Ditjen Perikanan Budidaya
melalui BBPBAT Sukabumi telah menjawab tantangan tersebut dengan
mengaplikasikan minapadi dengan inovasi teknologi yang dapat mengurangi
kegagalan budidaya minapadi. Beberapa minapadi yang telah diaplikasikan
tersebut adalah Ugadi (Udang galah bersama
Padi), Ugamedi (Udang galah, Gurame bersama Padi), Ugakodi (Udang galah, Koi
bersama Padi), Ladi (Nila bersama Padi) dan Ledi (Lele bersama Padi).
keuntungan menerapkan system minapadi tersebut berhasil meraih keuntungan
sekitar 4 juta hingga 16 juta per 1000 m2 lahan. Keuntungan tersebut
tergantung terhadap jenis sitem minapadi yang diterpakan. Sistem Ledi (Lele
bersama Padi) memiliki jumlah keuntungan yang paling besar yaitu mencapai 16
juta per 1.000 m2 lahan. (Analisa usaha terlampir)
Untuk lebih meningkatkan
produksi kedua pangan pokok tersebut dapat dilakukan dengan system minapadi terintegrasi,
dan hal tersebut tentu diperlukan banyak dukungan dari banyak pihak terutama
dari Pemerintah, dikarenakan dibutuhkan lahan yang cukup luas. Dengan sistem
mina padi yang terencana dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia
dan dunia sehingga ketahanan pangan Indonesia akan tercapai. (Syati Saptaria)