Sunday, July 26, 2015
Raih Kredit Bank 600 Juta Meningkatkan Produksi Pokdakan Karya Bakti
Indonesia
merupakan wilayah yang mempunyai potensi lahan yang cukup luas untuk
dimanfaatkan dalam berbagai sektor, salah satunya adalah sektor perikanan.
Dengan banyakya permintaan ikan konsumsi di Indonesia menunjukkan peluang usaha
yang cukup menjanjikan dan menguntungkan, akan tetapi hal tersebut memerlukan
pengetahuan pengelolaan lahan yang baik dan cermat untuk menghasilkan
keuntungan usaha yang maksimal.
Salah satu
potensi lahan yang dapat dijadikan contoh usaha perikanan adalah bendungan air
yang bersumber dari air sungai. Provinsi Bengkulu mempunyai potensi lahan
tersebut yaitu berupa bendungan air milik PLN yang dapat digunakan untuk
budidaya ikan air tawar. Lokasinya berada di Desa Suro Ilir, Kecamatan Ujan
Mas, Kabupaten Kapahiang. Dilokasi ini terdapat 100 Ha lahan yang dapat
digunakan masyarakat untuk dikelola dan pihak PLN telah mengijinkan lahan
tersebut untuk dikelola masyarakat guna membantu meningkatkan kesajahteraan masyarakat
setempat.
Salah satu
Pokdakan yang berhasil megelola lahan milik PLN tersebut adalah Pokdakan Karya
Bakti yang telah berhasil mendapatkan kepercayaan Perbankan dalam memperoleh
dana KKPE sebesar 600 juta pada tahun 2012. Nilai kredit tersebut sangat
besaruntuk dijadikan modal tambahan dalam
meningkatkan produksi ikan Podakan Karya Bakti.
Pada awalnya
yaitu tahun 2011 Pokdakan ini hanya memiliki 6 Keramba jaring Apung yang
memiliki ukuran sebesar 6 x 6 m yang dikelola oleh 10 anggota Pokdakan. Pokdakan
yang diketuai oleh Bapak Made Sukiase ini mendapatkan modal awal dari dana
bantuan PUMP PB pada tahun 2011. Dana PUMP PB dirasakan Bapak Made sangat
membantu dalam memulai dan mengembangkan usaha budidaya ikan miliknya.
Komoditas ikan yang dibudidayakan adalah ikan Nila yang memiliki permintaan
pasar yang cukup tinggi di daerah Provinsi Bengkulu. Permintaan akan ikan Nila
tersebut masih banyak yang belum terpenuhi sehingga menambah semangat para
Pokdakan daerah setempat untuk menggenjot lagi produksi usahanya.
Pokdakan
Karya Bakti pada saat ini memiliki 70 Karamba ikan nila, setelah dianalisa oleh
Bapak Made penerimaan yang diperoleh untuk setiap karamba adalah Rp.
8.100.000,- untuk 3 bulan masa budidaya. Bila dikonversi ke jumlah panen
didapatkan sebesar 450 kilo perkaramba persiklus. Hasil tersebut diperoleh dengan menebar benih
sebanyak 110 – 120 kg per karamba. Dengan
demikian dapat diperhitungkan untuk satu siklus budiaya Pokdakan ini dapat
menerima penghasilan Rp. 567.000.000,-
Penerimaan
yang didapatkan oleh Pokdakan ini bukan hanya dapat meningkatkan kesejahteraan
anggota kelompokmya saja akan tetapi Bapak Made mengungkapkan bahwa semua pihak
yang terlibat dalam usahanya ini mendapatkan keuntungan pula seperti dari
pemasok pakan, alat-alat perikanan dan juga pihak yang memasarkan ikan nilanya.
Dana Kredit
dari Perbankan sudah digunakan dan Bapak Made mengungkapkan jumlah Produksinya
cukup meningkat sampai dengan tahun 2014 dan pada tahun ini Pokdakan Karya Bakti
akan mengajukan kembali kredit untuk meningkatkan skala usaha yang dimiliki
sekarang.
Usaha yang
dilakukan tentunya mempunyai kendala yang dihadapai, tak terkecuali Pokdakan
Karaya Bakti mengalami kendalai tersebut. Kendala utama yang dihadapai saat ini
dalam melakukan usaha budidaya ikan nila adalah faktor alam yang tidak dapat
dihindari berupa banjir, sehingga menimbulkan kerugian yang tak terduga. Untuk mengantisipasinya Podakan karya bakti
melakukan pemeliharaan karamba supaya cukup kuat dan tidak mudah untuk terbawa
oleh air banjir dan melakukan budidaya pada waktu yang tepat.
Selain itu
diperlukan pengetahuan mengenai manajemen keuangan untuk memaksimalkan
keuntungan yang diperoleh Pokdakan ini. Bapak Made mengharapkan kembali bantuan
penyuluhan dan bantuan lainnya dari pihak terkait untuk menunjang peningkatan
produksi dan keuntungan yang ingin diraih Pokdakannya. (Syati Saptaria)
Bioflok Solusi Pembudidaya Ikan Lele yang memiliki Lahan Sempit
Budidaya
ikan pada saat ini merupakan salah satu usaha yang dapat diandalkan, disamping
permintaan akan ikan terus meningkat, metoda yang digunakan dalam
membudidayakan ikan saat ini cukup bervariasi dan cukup mudah seiring dengan
kemajuan teknologi budidaya ikan.
Ikan lele salah satu komoditas ikan
yang cukup banyak permintaannya pada saat ini, dikarenakan olahan ikan lele ini
menjadi salah satu favorit masyarakat di Indonesia. Dengan banyaknya permintaan
ikan lele tentunya menjadi salah satu peluang yang cukup besar bagi pembudiday
ikan untuk dapat memenuhi permintaan ikan lele tersebut.
Untuk memenuhi permintaan ikan lele
yang cukup banyak menjadi salah satu tantangan bagi pembudidaya ikan yang ingin
meningkatkan produksi ikan lele dengan lahan yang terbatas. Saat ini telah ada
solusi untuk meningkatkan produksi ikan lele dengan memanfaatkan lahan yang
sempit yaitu dengan penerapan teknologi Bioflok.
Bioflok adalah kumpulan dari berbagai
organisme (bakteri, jamur, algae, protozoa, cacing, dll) yang tergabung dalam
gumpalan (flok). Teknologi bioflok pada awalnya merupakan adopsi dari teknologi
pengolahan limbah lumpur secara biologi dengan melibatkan aktivitas mikroorganisme
(seperti bakteri).
Budidaya ikan dengan menerapkan teknologi
bioflok berarti memperbanyak bakteri/mikroba yang menguntungkan dalam media
budidaya ikan, sehingga dapat memperbaiki dan menjaga kestabilan mutu air,
menekan senyawa beracun seperti amoniak, menekan perkembangan bakteri yang
merugikan (bersifat pathogen) sehingga ikan dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik.
Keuntungan penerapan teknologi bioflok antara lain :
sedikit pergantian air (efisien dalam penggunaan air); tidak tergantung sinar
matahari; padat tebar lebih tinggi (bisa mencapai 3.000 ekor/m3); produktivitas
tinggi; efisiensi pakan (FCR bisa mencapai 0,7); efisiensi dalam pemanfaatan
lahan; membuang limbah lebih sedikit; ramah lingkungan.
Salah satu pembudidaya ikan yang telah berhasil
menerapkan teknologi Bioflok ini adalah Bapak Legisan Sugimin Samtafsir seorang pembudidaya ikan lele dari Depok yang
pada bulan Januari 2013 bapak Legisan bersama temannya mendirikan Farm 165 sukses
merintis inovasi teknologi budidaya lele super intensif sistem bioflok.
Dengan mererapkan teknologi bioflok tentunya dapat
membantu pembudidaya ikan lele dalam meningkatkan keuntungan usaha. Akan tetapi
hal yang paling utama dalam menerapkan metode ini adalah pengetahuan yang cukup
dalam menerapkan teknologi ini. Dalam mendapatkan pengetahuan tersebut dapat
mengikuti pelatihan ataupun belajar kepada pembudidaya ikan lele yang sudah
berhasil menerapkan teknologi Bioflok ini. (Syati S)
Suskes Budidaya Ikan dengan SEHATKAN
Saat ini
pembudidaya ikan di Indonesia cenderung mengelola lahan dengan jumlah yang terbatas
dan sebagian besar mengelola lahan yang belum tersertifikasi, sehingga
legalitas atas lahan tersebut masih tidak jelas. Hal tersebut menjadi kendala
utama pembudidaya ikan dalam mengembangkan kapasitas usaha mereka. Dengan lahan
yang belum tersertifikasi, investasi sudah tentu sulit untuk didapatkan. Terutama
investasi berupa kredit dari pihak bank, karena kredit yang diberikan oleh bank
mempunyai syarat utama berupa jaminan lahan yang telah tersertifikasi.
Ditjen Perikanan Budidaya melakukan
upaya untuk memudahkan para pembudidaya ikan untuk mendapatkan legalitas yang
jelas atas lahan yang mereka kelola melalui program Sehatkan ( Sertifikat Hak
Atas Tanah Pembudidaya Ikan) yang berkerja sama dengan Badan Pertanahan
Nasional (BPN) untuk mensertifikasi lahan-lahan tersebut.
Lahan yang telah tersertifikasi dapat
menjadi modal bagi para pembudidaya ikan dalam mengajukan kredit usaha kepada
Perbankan dan dapat digunakan untuk mengembangkan usaha mereka.
Program Sehatkan ini telah
dilaksanakan beberapa tahun sebelumnya, data Direktorat Usaha Budidaya Ditjen
Perikanan Budidaya, usulan pada tahun 2013 program sertifikasi lahan mencapai
6.000 bidang tanah tersebar di 36 Kabupaten/Kota, pada tahun 2014 program ini meningkat
jumlahnya menjadi 7.000 lahan di 89 Kabupaten/Kota, dan pada tahun 2015 ini ditargetkan akan mensertifikasi 8.000 bidang
tanah di 123 Kabupaten/Kota.
Kabupaten Banjarnegara adalah salah
satu Kabupaten yang telah menjadi target program Sehatkan ( Sertifikat Hak Atas
Tanah Pembudidaya Ikan) dan sudah menggunakan sertifikatnya sebagai jaminan
untuk mengakses dana kredit Perbankan, salah satunya pembudidaya di Desa Tanjung
Anom, Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara yang 90%
penduduknya bermata pencaharian utama sebagai pembudidaya ikan dengan
mengusahakan total kolam seluas 57 Hektar. Saat ini di desa tersebut sudah
terbentuk 21 pokdakan.
Berdasarkan penjelasan dari Kepala
Desa Bapak Suwahyo, sudah ada 3 Pokdakan dari desa Tanjung Anom
yang sudah mengakses Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) total senilai
Rp. 1,5 M dengan memanfaatkan sertifikat hasil dari program SEHATKAN sebagai
jaminannya. Perekonomian di desa tersebut saat ini digerakkan sepenuhnya oleh
usaha pembudidayaan ikan dan tercatat ada 100 warga dari desa tersebut yang
melakukan usaha perdagangan ikan baik berukuran benih maupun konsumsi.
Salah satu Pokdakan di
Desa Tanjung Anom yang sukses mengakses kredit KKPE dengan menjaminkan
sertifikat hasil dari Program Sertifikasi Hak Atas Tanah Pembudidayaan Ikan
(SEHATKAN) adalah Kelompok Pembudidaya Mina Utama yang berdiri tahun 2011. Semula Pokdakan Mina Utama beranggotakan 20
orang dan saat ini meningkat menjadi 23 orang. Dengan luas lahan total sejumlah
+ 4 Hektar yang dikelola, pokdakan Mina Utama cukup dikenal sebagai
produsen benih ikan gurame, bawal, patin, lele dan nila. Area pemasarannyapun
sudah merambah ke luar Jawa dan usahanyapun kini sudah cukup mapan.
Kini Pokdakan tersebut
menjadi salah satu Pokdakan yang cukup diperhitungkan di daerah Banjarnegara
dan sekitarnya. Kepercayaan dari pihak perbankan juga sudah didapatkan. Pokdakan
tersebut sudah bisa mengakses Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E)
senilai Rp. 500 juta yang dibagi untuk 23 anggota secara proposional.
Ketua Pokdakan Mina Utama, Bapak Sudirman mengakui
bahwa Program SEHATKAN sangat bermanfaat bagi para pembudidaya ikan. Diakuinya
juga dengan mengelola 20 kolam dengan masing-masing berukuran +500 M2,
memperoleh keuntungan dari hasil pembenihan ikan perbulannya minimal Rp. 10
Juta, bahkan pernah mencapai Rp. 100 Juta dalam
sebulan.
Dampak dari program Sehatkan tentunya sangat
besar terutama untuk kelangsungan usaha budidaya ikan, hal tersebut akan
berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dengan demikian program
tersebut cukup layak untuk dilaksanakan secara berkelanjutan untuk meningkatkan
perekonomian rakyat Indonesia melalui usaha pembudidayaan ikan. (Syati Saptaria).
Subscribe to:
Comments (Atom)





